TANGGUNG JAWAB SUAMI TERHADAP ISTRI DAN ANAK-ANAKNYA
Sejauh mana standar keilmuan dan keagmaan yang seharusnya
dimiliki suami? Suami adalah pemimpin dalam rumah tangga dan bertanggung jawab
terhadap mereka. Apakah misalnya jika isteri atau anak-anak melakukan perkara
yang melanggar syariat, maka suami ikut berdosa dan berhak menerima azab dari
Allah karena dia tidak menunaikan amanah?
Alhamdulillah
Pertama:
Untuk mengenal ciri-ciri suami yang saleh.
Kedua:
"Seorang suami adalah pemimpin di tengah keluarganya
dan dia akan ditanya tentang orang-orang yang dipimpinnya." Sebagaimana
hadits shahih dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Maka dia
bertanggung jawab untuk mendidiknya dan mendidik isterinya serta anak-anaknya.
Siapa yang lalai dalam hal ini, kemudian sang isteri dan anak-anaknya berbuat
maksiat, maka dia berdosa, karena sebabnya adalah karena dia tidak mendidik dan
mengajarkan mereka. Jika dia tidak lalai dalam mendidik anak dan kemudian keluarganya
melakukan sebagian kemaksiatan, maka dia tidak berdosa. Akan tetapi, dia tetap
diwajibkan mengingatkan mereka setelah terjadi kemaksiatan tersebut agar mereka
meninggalkan perkara-perkara yang bertentangan dengan syariat.
Syekh Saleh Al-Fauzan hafizhahullah berkata,
"Pendidikan terhadap anak-anak hendaknya dimulai pada
usia mumayyiz. Awali dengan pendidikan agama, berdasarkan sabda Nabi
shallallahu alaihi wa sallam,
مروا أولادكم بالصلاة لسبع
واضربوهم عليها لعشر وفرقوا
بينهم في المضاجع (رواه أبو داود)
"Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat pada usia
tujuh tahun dan pukullah pada usia sepuluh tahun. Pisahkan tempat tidur di
antara mereka." (HR. Abu Daud)
Jika sang anak telah mencapai usia tamyiz, maka ketika itu,
bapaknya diperintahkan untuk mengajarkannya dan mendidiknya dengan cara
mengajarkannya Al-Quran dan beberapa hadits-hadits. Juga hendaknya dia
mengajarkan sang anak hukum-hukum syariat yang sesuai dengan usia anak-anak,
misalnya mengajarkannya bagaimana berwudu, bagaimana shalat, kemudian
mengajarkannya zikir untuk tidur, ketika bangun tidur, ketika makan, minum.
Karena, jika anak sudah mencapai usia tamyiz, maka dia sudah dapat memahami
perintah dan larangan. Kemudian hendaknya dia juga dilarang dari
perkara-perkara yang tidak layak sambil menjelaskan bahwa hal-hal tersebut
tidak dibolehkan melakukannya, seperti dusta, namimah, dan lainnya. Sehingga
dia terdidik dengan benar dan meninggalkan keburukan sejak kecil. Ini perkara
yang sangat penting dan sering dilalaikan sebagian orang tua.
Banyak orang-orang yang tidak memperdulikan urusan
anak-anaknya dan tidak memberinya arahan yang benar. Mereka biarkan saja
anaknya tidak mengerjakan shalat tanpa mengarahkannya. Mereka biarkan anaknya
tumbuh dalam kebodohan dan perbuatan yang tidak baik serta bergaul dengan
orang-orang yang buruk, hilir mudik di jalan-jalan dan mengabaikan pelajaran
mereka atau perbuatan-perbuatan negatif lainnya yang terjadi di tengah para
pemuda muslim akibat kelalaian orang tuanya. Mereka akan ditanya tentang masalah
ini, karena Allah menyerahkan tanggung jawab terhadap anak-anaknya di pundak
mereka. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Perintahkan
anak-anak kalian untuk melakukan shalat pada saat usia mereka tujuh tahun, dan
pukulah mereka pada usia sepuluh tahun." Ini merupakan perintah dan tugas
bagi orang tua. Maka siapa yang tidak memerintahkan anak-anaknya melakukan
shalat, dia telah bermaksiat kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan
melakukan perbuatan yang diharamkan serta meninggalkan kewajiban yang
diperintahkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan ditanya tentang
orang-orang yang dia pimpin." (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebagaian orang tua, ironisnya, sibuk dengan urusan dunianya
dan tidak memperdulikan anak-anaknya. Mereka tidak menyisihkan waktunya untuk
anak-anaknya. Akan tetapi seluruh waktunya hanya untuk dunia. Ini merupakan
bahaya yang besar dan banyak terjadi di negeri-negeri Islam yang dampaknya
sangat negatif terhadap pendidikan anak-anak mereka. Maka sesungguhnya mereka
tidak mendapatkan kebaikan, baik untuk agama maupun dunianya. Laa haula wa laa
quwwata illa billahil'aliyyil aziim.
(Al-Muntaqa fi Fatawa Syekh Al-Fauzan, 5/297, 298, soal no.
421)
Kewajiban dan Tanggung Jawab Suami Terhadap Istri
Al Quran & hadis
Dan Allah berfirman lagi:
‘Dan para wanita mempunyai hak yg seimbang dgn kewajiban
menurut cara yg baik akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan
atas isterinya.” (Al Baqarah : 228)
Allah Taala berfirman, yg bermaksud: “Dan gaulilah mereka
(isteri-isterimu) dgn cara sebaik-baiknya.” (An Nisa 19)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yg
bermaksud: “Kewajiban seorang suami terhadap isterinya ialah suami harus
memberi makan kepadanya jika ia makan & memberi pakaian kepadanya jika ia
berpakaian & tdk boleh memukul mukanya & tdk boleh memperolokkan dia
& juga tdk boleh meninggalkannya kecuali dalam tempat tidur (ketika isteri
membangkang).” (Riwayat Abu Daud)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yg bermaksud :
“Orang-orang yg terbaik & kamu sekalian ialah mereka yg lbh baik & kamu
dalam mempergauli keluarganya & saya adl orang yg terbaik dari kamu
sekalian dalam mempergauli keluargaku.” (Riwayat lbnu Asakir)
Diceritakan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa
baginda bersabda yg bermaksud: “Barang siapa yg sabar atas budi pekerti
isterinya yg buruk, maka Allah memberinya pahala sama dgn pahala yg diberikan
kpd Nabi Ayub a.s karena sabar atas cobaan-Nya.” ( Cobaan ke alas Nabi Ayub ada
4 hal: Habis harta bendanya., Meninggal dunia semua anaknya.,Hancur badannya.,
Dijauhi oleh manusia kecuali isterinya benama Rahmah ) ” Dan seorang isteri yg
sabar atas budi pekerti suaminya yg buruk akan diberi oleh Allah pahala sama dgn
pahala Asiah isteri Firaun“.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yg bermaksud:
“Siapa saja seorang laki-laki yg menikahi perempuan dgn mas kawin sedikit atau
byk sedangkan dalam hatinya ia berniat utk tdk memberikan hak perempuan
tersebut (mas kawinnya) kepadanya. maka ia telah menipunya, kemudian jika ia
meninggal dunia, sedang ia belum memberi hak perempuan tadi kepadanya maka ia
akan menjumpai Allah pd hari Kiamat nanti dalam keadaan berzina.”
Diceritakan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa
baginda bersabda pd waktu haji widak (perpisahan) setelah baginda memuji Allah
& menyanjung-Nya serta menasehati para hadirin yg maksudnya:
‘Ingatlah (hai kaumku), terimalah pesanku utk berbuat baik
kpd para isteri, isteri-isteri itu hanyalah dpt diumpamakan kawanmu yg berada
di sampingmu, kamu tdk dpt memiliki apa-apa dari mereka selain berbuat baik,
kecuali kalau isteri-isteri itu melakukan perbuatan yg keji yg jelas
(membangkang atau tdk taat) maka tinggalkanlah mereka sandirian di tempat tidur
& pukullah mereka dgn pukulan yg tdk melukai. Kalau isteri isteri itu taat
kepadamu maka janganlah kamu mencari jalan utk menyusahkan mereka.
Ingatlah! Sesungguhnya kamu mempunyai kewajiban terhadap
isteri-isterimu & sesungguhnya isteri-isterimu itu mempunyai
kewajiban-kewajiban terhadap dirimu. Kemudian kewajiban isteri isteri terhadap
dirimu ialah mereka tdk boleh mengijinkan masuk ke rumahmu orang yg kamu benci.
Ingatlah! Kewajiban terhadap mereka ialah bahwa kamu melayani mereka dgn baik
dalam soal pakaian & makanan mereka.
(Riwayat Tarmizi & Ibnu Majah)
Al Habib Abdullah Al Haddad berkata: “seorang laki-laki yg
sempurna adl dia yg mempermudah dalam kewajiban-kewajiban kepadanya & tdk
mempermudah dalam kewajiban-kewajibannya kpd Allah. Dan seorang laki-laki yg
kurang ialah dia yg bersifat sebaliknya.” Maksud & penjelasan ini ialah
seorang suami yg bersikap sudi memaafkan jika isterinya tdk menghias dirinya
& tdk melayaninya dgn sempurna & lain-lain tetapi ia bersikap tegas
jika isterinya tdk melakukan sholat atau puasa & lain-lain, itulah suami yg
sempurna. Dan seorang suami yg bersikap keras jika isterinya tdk menghias
dirinya atau tdk melayaninya dgn sempurna & lain-lain tetapi bersikap acuh
tdk acuh (dingin) jika isteri meninggalkan kewajiban-kewajiban kpd Allah
seperti sholat, puasa & lain-lain, dia seorang suami yg kurang.
Dianjurkan bagi seorang suami memperhatikan isterinya (dan
mengingatkannya dgn nada yg lembut/halus) & menafkahinya sesuai
kemampuannya & berlaku tabah (jika disakiti oleh isterinya) & bersikap
halus kepadanya & mengarahkannya ke jalan yg baik & mengajamya
hukum-hukum agama yg perlu diketahui olehnya seperti bersuci, haid &
ibadah-ibadah yg wajib atau yg sunat.
Allah Taala berfirman yg bermaksud: ‘Hai orang-orang yg
beriman! Jagalah dirimu & ahli keluargamu dari api Neraka.” (At Tahrim : 6)
Ibnu Abbas berkata: “Berilah pengetahuan agama kpd mereka & berilah
pelajaran budi pekerti yg bagus kpd mereka.” Dan Ibnu Umar dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa baginda bersabda: ‘Tiap-tiap kamu adl
pemimpin & bertanggung jawab atas yg dipimpinnya. Seorang imam yg memimpin
manusia adl pemimpin & ia bertanggung jawab at,is rakyatnya. Seorang suami
adl pemimpin dalam mengurusi ahli keluarganya. Ia bertanggung jawab atas yg
dipimpinnya. Seorang isteri adl pemimpin dalam rumah tangganya &
bertanggung jawab alas keluarganya. Seorang hamba adl pemimpin dalam mengurus
harta tuannya, ia bertanggung jawab atas peliharaannya. Seorang laki-laki itu
adl pemimpin dalam mengurusi harta ayahnya, ia bertanggung jawab atas
peliharaannya. Jadi setiap kamu sekalian adl pemimpin & setiap kamu harus
bertanggung jawab alas yg dipimpinnya.” (Muttallaq ‘alai )
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yg bermaksud:
“Takutlah kpd Allah dalam memimpin isteri-istrimu , karena sesungguhnya mereka
adl amanah yg berada disampingmu, barangsiapa tdk memerintahkan sholat kpd
isterinya & tdk mengajarkan agama kepadanya, maka ia telah berkhianat kpd
Allah & Rasul-Nya.“
Allah Taala berfirman yg bermaksud: “Perintahkanlah keluargamu
agar melakukan sholat.” (Thaha:132)
Diceritakan & Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa
baginda bersabda yg bernaksud: “Tidak ada seseorang yg menjumpai Allah
Subhanahu wa ta’ala dgn membawa dosa yg lbh besar daripada seorang suami yg tdk
sanggup mendidik keluarganya.”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yg bermaksud
“Sesungguhnya yg termasuk golongan mukmin yg paling sempuma
imannya ialah mereka yg baik budi pekertinya & mereka yg lbh halus dalam
mempergauli keluarganya (isteri anak-anak & kaum kerabatnya). “
sumber : http://www.mozaikislam.com
Analisis :
"Seorang suami adalah pemimpin di tengah keluarganya dan dia akan ditanya tentang orang-orang yang dipimpinnya."
Seperti yang di kutip dia atas tanggung jawab seorang suami yang sangat besar, jika seorang suami gagal untuk memimpin seorang anak atau istri maka dia akan ditanyakan di akhirat, dan akan bertanggung jawab atas pimpinanannya tersebut, jadi bagi para calon-calon suami kita harus bisa jadi pemimpin keluarga yang bisa bertanggung jawab dan mendidik anak dan istri kita untuk membimbing dijalan yang rulus, dijalan yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar